- Luruskan Niat - Setiap langkah meraih cita-cita harus diawali dengan niat yang lurus. Apakah kita berprestasi hanya untuk pujian manusia, atau sebagai jalan untuk mengabdi, beribadah, dan memberi manfaat? Ketika niat sudah benar, maka setiap proses belajar dan bekerja akan bernilai amal ibadah. Jika niat dari diri sendiri sudah pasti pula prestasi mudah digapai.
- Ibadah sebagai Kekuatan - Kesibukan dan target tinggi seringkali membuat ibadah terlewat. Ubah pola pikir bahwa ibadah adalah beban, menjadi sumber energi dan istirahat spiritual utama. Shalat, membaca kitab suci, dan zikir bukanlah penghalang kesuksesan, melainkan cara untuk mengisi ulang mental dan spiritual agar tahan banting di tengah kerasnya perjuangan. Doa yang tulus dapat dikabulkan oleh Allah dan dapat memperlancar segala urusan.
- Jujur dan Tanggung Jawab - Prestasi yang didapatkan dengan cara curang tidak akan pernah membawa kebahagiaan sejati. Kejujuran, dan tanggung jawab adalah akhlak dasar yang menjadi syarat mutlak kesuksesan yang berkah. Bersikaplah sopan santun kepada guru, orang tua, dan rekan kerja; hargai proses, bukan hanya hasil.
- Rendah Diri - Pujian dan penghargaan adalah ujian terberat bagi orang berprestasi. Ingatlah bahwa semua kemampuan dan capaian adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Jaga kerendahan hati dan teruslah belajar. Ketika sukses, jangan lupakan orang-orang yang mendukung kita, terutama orang tua dan guru. Sifat yang sombong akan menghiangkan jati diri sebagai pemegang prestasi hilang pula akhlak yang mulia. Sejatinya adab (akhlak mulia) derajatnya lebih tinggi dari ilmu.
Suaq Bakong - MTsN 2 Aceh Selatan melaksanakan upacara bendera di halaman multifungsi pada Senin (03/11/2025). Bertindak sebagai pembina upacara Wali Kelas IX-Unggul Asrul Hadi, S.Pd dengan tema amanat Berprestasi tanpa Melupakan Akhlak Mulia. Berikut isi dari amanat yang telah disampaikan.
Prestasi adalah impian setiap individu dan tujuan utama dari proses pendidikan. Menurut KBBI Prestisi adalah hasial yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan). Mulai dari nilai akademik yang cemerlang, medali di ajang olahraga, hingga inovasi di bidang teknologi, semua adalah bentuk capaian yang patut dibanggakan. Namun, dalam hiruk pikuk pengejaran duniawi ini, ada satu fondasi yang tak boleh rapuh, yaitu akhlak mulia.
Prestasi sejati bukanlah sekadar tumpukan gelar , melainkan kemampuan untuk menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan keterampilan dengan kecerdasan emosional dan spiritual (Akhlak). Akhlak mulia adalah perilaku, etika, dan budi pekerti yang baik. Ia menjadi kompas yang mengarahkan langkah kita saat berjuang meraih prestasi. Mengapa ia begitu penting?
Dalam perspektif Islam, ilmu dan prestasi tidak boleh hanya berhenti untuk kepentingan diri sendiri. Dengan ilmu yang tinggi, kita didorong untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Akhlak mulia membantu kita mengarahkan prestasi—apakah itu berupa kekuasaan, kekayaan, atau ilmu menjadi sarana untuk menolong, menginspirasi, dan membawa kemajuan bagi lingkungan.
Ada beberapa hal yang dapat menyeimbangkan Prestasi dan Akhlak Mulia, diantaranya,
Prestasi dan Akhlak Mulia adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam Islam. Prestasi yang dikejar tanpa etika dan moral (akhlak muia) akan menghasilkan individu yang cerdas secara intelektual namun miskin secara spiritual, yang berpotensi menjadi ancaman bagi masyarakat. Sebaliknya, Akhlak Mulia memberikan arah dan tujuan pada setiap pencapaian, menjadikannya berkah yang berkelanjutan. Misi utama pendidikan haruslah menghasilkan generasi yang unggul dalam ilmu (berprestasi) dan luhur dalam budi pekerti (berakhlak mulia), sesuai dengan teladan Rasulullah.
Oleh. Asrul Hadi, S.Pd
Berikan Komentar